Kamis, 23 Februari 2012

Symphony Nada Minor


Symphony Nada Minor

Ketika ku tak dapat menggores sang tinta
Ku tak dapat merasakan nada
Karena terlalu ku berlari mengejar awan bersamamu
Hingga senyum selalu tampak padamu dan hatiku
Menari terlalu indah di atas samudra
Erat tanganmu temaniku

Lambat laun nada itu pun menyapaku
Membekapku dalam kelam awan abu
Semakin jelas alunan
Menusuk karna dirimu tak disisi
Kumulai goreskan tinta
Nada minor yang ku genggam bersama bayangmu

Harapan melayang lepaskan angan
Semakin jelas bayanganmu yang hilang
Bersama diiringi alunan
Nada-nada yang kutulis
Bersama tintaku
dalam
Symphony Nada Minor




02/18/2012




Symphony Nada Minor

Lelaki itu, adalah yang selalu memberikanku warna dalam hidup. Memberikan senyuman tanpa harap apapun dariku. Tertawa bersamanya merupakan yang wajib dilakukanku dengannya. Pemberi vaksin semangat dalam hidup ketika kurasa tak lagi berharga dan bermakna. Memberi senyuman pembawa ketenangan jiwa bagiku.
Saat itulah ku tak dapat lagi menuliskan dengan tinta-tinta kepiluanku. Terasa dunia ini sangat indah dan tak akan ada goresan dari tinta kepiluan lagi. Selain itu, ku pun tak dapat mendengar nada-nada alunan kesedihan. Selalu keceriaan yang tampak dari wajahnya hingga ku merasa ketentraman selalu di hati ini. Hinggaku berharap ku kan selalu mendapatkan kebahagiaan karnanya untuk selamanya.
Bentuk kebersamaan ku dengannya yang kurapkan selalu ada ialah persahabatan tuk selamanya. Untuk selamanya. Namun, mungkin, karena diriku yang bersalah. Ku yang terlalu mengharapnya tuk selalu ada. Hingga semakin lama ku rasa jarak yang tak seindah dulu. Dia ada di sisiku,namun itu bukan dirinya yang dulu. Yang selalu memberikanku bahagia, kini bukan dia. Kebahagiaan yang tak dapat lagi ku sentuh karena hadirnya. Ku selalu berdo’a semoga ini hanya karena dirinya yang sedang inginkan, bukan untuk hari-hari setelah ini, setelah ku tak dapat lagi merasakan senyum indahnya.
Harapanku yang tak mampu mendengar nada-nada alunan kesedihan, kini hanya sekedar harap. Kesedihan kini selalu kurasakan. Dirinya yang mengheningkan alunan-alunan kesedihan, dirinya pula yang membawakan alunan-alunan itu lagi. Rasanya lebih terdengar dan lebih perih dari alunan kesedihan yang sebelumnya.
Dan.... Saat dirinya ada tuk diriku, ku tak dapat menggoreskan tinta kepiluan. Namun, saat dirinya menjauh, tinta itu selalu meggoreskan kepiluan karena rasa kehilanganku akan dirimu. Selalu berharap dirimu kan kembali seperti dulu. Ceriakan diriku dan selalu disampingku untuk tertawa bersama.
Kumulai menuliskan nada-nada karena kepergiannya dengan tinta piluku. Bukan dalam bentuk kasat mata, namun dalam hatinya. Semua kuciptakan dengan penuh harapan dirinya kan kembali. Berdo’a selalu agar kau kembali.
Ku inginkan kau kembali bersama senyum indahmu yang dulu.
Dalam persahabatan kita tuk selamanya, hingga nada ini kan usai.
Symphony Nada Minor


Tidak ada komentar:

Posting Komentar