Symphony Nada
Minor
Ketika ku tak dapat menggores sang tinta
Ku tak dapat merasakan nada
Karena terlalu ku berlari mengejar awan bersamamu
Hingga senyum selalu tampak padamu dan hatiku
Menari terlalu indah di atas samudra
Erat tanganmu temaniku
Lambat laun nada itu pun menyapaku
Membekapku dalam kelam awan abu
Semakin jelas alunan
Menusuk karna dirimu tak disisi
Kumulai goreskan tinta
Nada minor yang ku genggam bersama bayangmu
Harapan melayang lepaskan angan
Semakin jelas bayanganmu yang hilang
Bersama diiringi alunan
Nada-nada yang kutulis
Bersama tintaku
dalam
Symphony Nada Minor
Ku tak dapat merasakan nada
Karena terlalu ku berlari mengejar awan bersamamu
Hingga senyum selalu tampak padamu dan hatiku
Menari terlalu indah di atas samudra
Erat tanganmu temaniku
Lambat laun nada itu pun menyapaku
Membekapku dalam kelam awan abu
Semakin jelas alunan
Menusuk karna dirimu tak disisi
Kumulai goreskan tinta
Nada minor yang ku genggam bersama bayangmu
Harapan melayang lepaskan angan
Semakin jelas bayanganmu yang hilang
Bersama diiringi alunan
Nada-nada yang kutulis
Bersama tintaku
dalam
Symphony Nada Minor
02/18/2012
Symphony Nada Minor
Lelaki itu, adalah yang selalu memberikanku warna
dalam hidup. Memberikan senyuman tanpa harap apapun dariku. Tertawa bersamanya merupakan
yang wajib dilakukanku dengannya. Pemberi vaksin semangat dalam hidup ketika
kurasa tak lagi berharga dan bermakna. Memberi senyuman pembawa ketenangan jiwa
bagiku.
Saat itulah ku tak dapat lagi menuliskan dengan
tinta-tinta kepiluanku. Terasa dunia ini sangat indah dan tak akan ada goresan
dari tinta kepiluan lagi. Selain itu, ku pun tak dapat mendengar nada-nada
alunan kesedihan. Selalu keceriaan yang tampak dari wajahnya hingga ku merasa
ketentraman selalu di hati ini. Hinggaku berharap ku kan selalu mendapatkan
kebahagiaan karnanya untuk selamanya.
Bentuk kebersamaan ku dengannya yang kurapkan
selalu ada ialah persahabatan tuk selamanya. Untuk selamanya. Namun, mungkin,
karena diriku yang bersalah. Ku yang terlalu mengharapnya tuk selalu ada. Hingga
semakin lama ku rasa jarak yang tak seindah dulu. Dia ada di sisiku,namun itu
bukan dirinya yang dulu. Yang selalu memberikanku bahagia, kini bukan dia. Kebahagiaan
yang tak dapat lagi ku sentuh karena hadirnya. Ku selalu berdo’a semoga ini
hanya karena dirinya yang sedang inginkan, bukan untuk hari-hari setelah ini,
setelah ku tak dapat lagi merasakan senyum indahnya.
Harapanku yang tak mampu mendengar nada-nada
alunan kesedihan, kini hanya sekedar harap. Kesedihan kini selalu kurasakan. Dirinya
yang mengheningkan alunan-alunan kesedihan, dirinya pula yang membawakan
alunan-alunan itu lagi. Rasanya lebih terdengar dan lebih perih dari alunan
kesedihan yang sebelumnya.
Dan.... Saat dirinya ada tuk diriku, ku tak dapat
menggoreskan tinta kepiluan. Namun, saat dirinya menjauh, tinta itu selalu
meggoreskan kepiluan karena rasa kehilanganku akan dirimu. Selalu berharap
dirimu kan kembali seperti dulu. Ceriakan diriku dan selalu disampingku untuk
tertawa bersama.
Kumulai menuliskan nada-nada karena kepergiannya
dengan tinta piluku. Bukan dalam bentuk kasat mata, namun dalam hatinya. Semua
kuciptakan dengan penuh harapan dirinya kan kembali. Berdo’a selalu agar kau
kembali.
Ku inginkan kau kembali bersama senyum indahmu yang dulu.
Dalam persahabatan kita tuk selamanya, hingga nada ini kan usai.
Symphony Nada Minor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar